Senin, 30 April 2012
Pengrajin Konveksi Dibanjiri Permintaan
Pengrajin
konveksi di Sumatera Utara mulai dibanjiri permintaan dari pedagang
menyusul tidak lama lagi memasuki Idul Fitri, meski produk dari China
masih "membanjiri" pasar di daerah itu.
"Sudah banyak permintaan, mulai dari pakaian muslim, telekung (mukena) dan pakaian anak-anak untuk kebutuhan Ramadhan dan Idul Fitri," kata pengrajin konveksi di Medan, Darliah, Sabtu.
Dia mengakui,kebutuhan untuk Idu Fitri biasa memang dilakukan beberapa bulan sebelum Ramadhan dan Idul Fitri.
"Meski terdesak dengan produk China, minat pedagang atas produk konveksi lokal masih lumayan khususnya menjelang Idul Ftri," katanya.
Pengrajin berharap pemerintah bisa melindungi pengusaha lokal dengan cara menekan masuknya produk impor.
Pengusaha konveksi di Sumut lainnya, Yulpini, mengatakan "banjirnya" produk China yang dijual dengan harga lebih murah dari produk dalam negeri membuat produk lokal semakin sulit menjalankan bisnisnya.
Dengan masuknya barang produk China, penjualan pengusaha konveksi Sumut terus berkurang, karena konsumen cenderung memilih barang dari China itu dengan alasan harganya yang lebih murah.
Padahal, meski murah dan lebih banyak model, namun kualitas barangnya di bawah produk lokal.
Barang pengrajin Sumut sendiri, sebenarnya, kata dia, sudah di ekspor tetapi memang dalam keadaan tidak bermerek dan dalam jumlah terbatas.
"Sudah seharusnya memang pemerintah mengawasi produk konveksi China itu, apalagi bersifat ilegal agar UKM bisa tetap eksis dan lebih maju,"katanya.
Pengusaha UKM juga membutuhkan pelatihan-pelatihan agar desain dan pemasaran konveksi semakin berkembang, katanya.
"Sudah banyak permintaan, mulai dari pakaian muslim, telekung (mukena) dan pakaian anak-anak untuk kebutuhan Ramadhan dan Idul Fitri," kata pengrajin konveksi di Medan, Darliah, Sabtu.
Dia mengakui,kebutuhan untuk Idu Fitri biasa memang dilakukan beberapa bulan sebelum Ramadhan dan Idul Fitri.
"Meski terdesak dengan produk China, minat pedagang atas produk konveksi lokal masih lumayan khususnya menjelang Idul Ftri," katanya.
Pengrajin berharap pemerintah bisa melindungi pengusaha lokal dengan cara menekan masuknya produk impor.
Pengusaha konveksi di Sumut lainnya, Yulpini, mengatakan "banjirnya" produk China yang dijual dengan harga lebih murah dari produk dalam negeri membuat produk lokal semakin sulit menjalankan bisnisnya.
Dengan masuknya barang produk China, penjualan pengusaha konveksi Sumut terus berkurang, karena konsumen cenderung memilih barang dari China itu dengan alasan harganya yang lebih murah.
Padahal, meski murah dan lebih banyak model, namun kualitas barangnya di bawah produk lokal.
Barang pengrajin Sumut sendiri, sebenarnya, kata dia, sudah di ekspor tetapi memang dalam keadaan tidak bermerek dan dalam jumlah terbatas.
"Sudah seharusnya memang pemerintah mengawasi produk konveksi China itu, apalagi bersifat ilegal agar UKM bisa tetap eksis dan lebih maju,"katanya.
Pengusaha UKM juga membutuhkan pelatihan-pelatihan agar desain dan pemasaran konveksi semakin berkembang, katanya.
Sumber: http://beritadaerah.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translator
Blog Archive
Entri Populer
-
Bila kita amati beberapa jenis rok dan kerudung/jilbab wanita, ada mode dimana kain rok atau kerudung tersebut ditekuk-tekuk dengan ukuran y...
-
Busana dengan tampilan lipatan-lipatan atau plisket dipadukan dengan kebaya saat ini kembali ngetren. Namun tampilan plisket sekarang lebih...
-
Jelang tahun ajaran baru 2012/2013, kebutuhan akan perlengkapan sekolah anak SD, SMP hingga SMA mulai diburu ibu-ibu, seperti halnya yang ...
-
TEKSTIL berasal dari bahasa latin, yaitu textiles yang berarti menenun atau tenunan. Namun secara umum tekstil diartikan sebagai sebuah...
-
Salah satu pelengkap penting pada hunian Anda adalah gorden. Secara fungsional, kegunaan gorden tidak hanya untuk menutupi jendela saja, t...
Jumlah Pengunjung
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar